Kenapa Gen Z Sering Bekerja Lembur Tanpa Digaji?

Gen z adalah anak muda yang memasuki usia 18 hingga 24 tahun, yang memulai awal karir dengan jobdesk dengan tingkat kesulitan tinggi

Headline, Konten562 Views

Channel Indonesia – Menurut penelitian, data statistik menunjukan bahwa generasi muda atau Gen Z memiliki peluang besar untuk mengalami lembur pada saat bekerja dan tidak dibayar.

Data bulan April berdasarkan laporan People at Work 2023 dari ADP Research Institute menyatakan bahwa survei dilakukan terhadap 32.000 pekerja di 17 negara menunjukkan orang berusia 18 hingga 24 tahun cenderung bekerja ekstra selama 8 jam dan 30 menit per minggu. Mereka memulai bekerja lebih awal. Selailn itu, Gen Z juga lembur atau bekerja saat istirahat dan makan siang.

Pekerja Gen Z disebut harus menjalani lingkungan kerja yang sulit sejak awal karier mereka. Banyak yang memulai pekerjaan mereka selama pandemi, dan yang lain telah mengalami cuti atau PHK untuk pertama kalinya, saat masih berusia awal 20-an.

Banyak dari pekerja ini juga menyaksikan perusahaan mengurangi pekerjaan, kenaikan gaji, dan promosi untuk bertahan dari ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung.

Prospek Karir Masa Depan

Beberapa ahli mengatakan hal ini membuat banyak dari mereka merasa tidak aman tentang pekerjaan dan prospek karir jangka panjang mereka. Selain itu, pekerja Gen Z merasa perlu membuktikan nilai diri mereka kepada pemberi kerja salah satu caranya yaitu bekerja lembur.

Menurut Nela Richardson, kepala ekonom di ADP Research Institute, rasa ketidakamanan dalam pekerjaan tampaknya menjadi pendorong terbesar di balik seringnya Gen Z bekerja lembur.

Richardson juga mengatakan kalau ini bisa menjadi ‘fungsi menjadi muda’, dia juga mencatat bahwa Gen Z termasuk di antara pekerja yang paling merasakan dampak cuti dan PHK, yang telah menimbulkan bayangan ketidakamanan selama awal awal karier mereka. Agar bertahan hidup, kata para ahli, pekerja Gen Z merasa berkewajiban untuk bekerja ekstra hingga lembur.

Riset ADP menunjukkan bahwa hanya 50 persen pekerja Gen Z yang mengharapkan kenaikan gaji di perusahaan mereka saat ini dalam 12 bulan ke depan, sedangkan sekitar dua pertiga dari sebagian besar kelompok usia lainnya mengantisipasinya. Hanya sepertiga yang berpikir akan mendapatkan bonus.

“Rasa optimisme yang biasanya dimiliki kaum muda atau Gen Z tentang pekerjaan disertai dengan kewaspadaan dan kehati-hatian akan mengganggu pemikiran Gen Z tentang bagaimana kaum mereka akan mengalami perlambatan ekonomi setelah kemerosotan ekonomi yang besar,” ucap Richardson melansir Wartawan, Selasa (13/6).

Posisi Tidak Aman

Selain merasa takut akan posisi mereka yang dirasa tidak aman, media sosial dengan trend bekerja ‘9 ke 5’ atau ‘dari jam 9 hingga jam 5’ juga berhasil mengubah pola pikir pekerja Gen Z sehingga banyak yang sering bekerja lembur.

Faktor lainnya yang menambah jam kerja ekstra itu bisa jadi adalah keinginan mereka untuk bekerja untuk pemberi kerja yang etis atau memiliki tujuan, kata Richardson.

Banyak dari generasi ini sangat peduli dengan topik seperti keragaman dan inklusi serta kesetaraan upah gender, dan mereka senang bekerja keras untuk perusahaan yang memenuhi ekspektasi ini.(Dari berbagai sumber/Annisa)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *