Rekrutmen Teroris Melalui Game Online, Ini Kata Kriminolog UI

Adrianus Meliala, mengatakan perekrutan anak-anak dan remaja oleh jaringan teroris melalui game online merupakan fenomena yang wajar di tengah budaya digital kalangan muda.

Konten586 Views

Channel Indonesia – Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala, mengatakan perekrutan anak-anak dan remaja oleh jaringan teroris melalui game online merupakan fenomena yang wajar di tengah budaya digital kalangan muda. Menurut dia, kelompok teroris memanfaatkan ruang yang dianggap menyenangkan bagi target mereka, salah satunya game online seperti Roblox.

“Adalah hal yang lumrah jika kita atau siapa pun berusaha memengaruhi orang lain lewat hal yang disukai. Bagi anak-anak dan remaja, game online adalah hal yang disukai, di mana mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam,” kata Adrianus, saat dihubungi, Rabu, 15 Oktober 2025.

“Ketika Roblox dianggap disukai, maka anak-anak dan remaja tidak hanya akan berlama-lama bermain game, tapi juga mulai terpengaruh secara perlahan oleh nilai yang secara tidak langsung tertanam dalam game tersebut,” ia melanjutkan.

Adrianus menjelaskan, fenomena ini bukan berarti saat ini kelompok teroris secara khusus menargetkan anak muda, melainkan bagian dari strategi yang lebih luas. Menurut dia, kelompok teroris sebenarnya merekrut berbagai kalangan untuk mencapai tujuan mereka.

“Ada yang mengejar pemilik modal atau orang kaya untuk memperoleh kapital, ada yang berusaha mempengaruhi politisi atau selebritas untuk memperoleh reputasi atau publikasi, ada yang berusaha masuk kampus agar dekat dengan kalangan intelektual, dan ada juga yang mendekati anak muda untuk memperoleh pasokan penempur atau mereka yang berani menjadi ‘pengantin’,” ujar Adrianus.

Ia menganggap bahaya dari praktik rekrutmen semacam ini bukan hanya pada ideologi yang ditanamkan, tapi juga pada dampak psikologis akibat kecanduan game online. “Kalau anak atau remaja kecanduan game online dan memperlihatkan perilaku aneh seperti tak bisa lepas dari handphone, itu adalah tangga pertama menuju masalah yang lebih serius,” ucap Adrianus.

Meski begitu, Adrianus menganggap game online tidak serta-merta membuat anak menjadi teroris. “Saya tidak percaya hanya karena bermain game lalu anak menjadi teroris. Game membuat anak atau remaja menjadi lebih rapuh atau rentan terhadap kemungkinan terterpa nilai-nilai ekstremisme yang mendukung perilaku terorisme. Perlu interaksi lanjutan dengan pihak yang menyebarkan ideologi itu,” katanya.

Adrianus berharap pemerintah melalui lembaga seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan langkah nyata untuk mengatasi masalah ini. “Pelarangan game online memang bukan kewenangan BNPT. Tapi BNPT bisa memberikan saran kepada Kementerian Komunikasi dan Digital untuk melakukan takedown terhadap game online tersebut,” ujar dia.

Sebelumnya, BNPT mengungkap bahwa teroris kini menyusup melalui game online untuk merekrut anak-anak dan remaja. Kepala BNPT, Komisaris Jenderal Polisi Eddy Hartono, mengungkapkan fenomena ini sebagai ancaman serius yang semakin mengkhawatirkan. Kelompok usia muda rentan menjadi sasaran empuk ideologi ekstrem yang dibungkus dalam permainan yang mereka nikmati sehari-hari.

“Sedikitnya 13 anak dari berbagai daerah di Indonesia telah terhubung melalui permainan daring Roblox, yang kemudian menjadi pintu masuk bagi jaringan simpatisan teroris,” kata Eddy Hartono dalam Rapat Koordinasi Lintas Kementerian di Jakarta, Selasa, 30 September 2025.

Pola rekrutmen ini, menurut Eddy, berjalan secara sistematis dan licin. Interaksi yang diawali di dalam ruang permainan Roblox secara perlahan digeser ke platform komunikasi yang lebih privat dan tertutup, seperti Telegram dan WhatsApp. Di sinilah proses cuci otak atau indoktrinasi yang lebih intensif berlangsung, jauh dari pengawasan publik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *