Pemahaman Moderasi Beragama Bagi Pelajar di Sekolah

Moderasi beragama menjadi strategi penting memperkuat cara pandang

Konten724 Views

Channel Indonesia – Moderasi beragama menjadi strategi penting memperkuat cara pandang, sikap dan perilaku beragama yang moderat berkontribusi penting menciptakan kehidupan yang toleran dan memperkuat Profil Pelajar Pancasila dalam kurikulum merdeka. Maka akselerasi penguatan moderasi beragama pada siswa SMA menjadi keniscayaan dalam mengatasi, mencegah dan menangkal meluasnya paham radikal dan intoleran di sekolah-sekolah.

Di era digital, efektivitas medsos dalam pembentukan opini tak diragukan lagi. Sebagaimana ditulis Darmansjah Djumala dalam opininya ‘Memudakan Aktualisasi Pancasila’ (Kompas 31/5/2023), data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada 2022 remaja Indonesia (usia 13-18 tahun) paling banyak menggunakan internet daripada kelompok usia lain, yaitu 99,16 persen. Laporan Statista 2020 juga mengungkapkan, pengguna medsos terbanyak adalah kelompok umur 25-34 tahun (35,4 persen), disusul kelompok umur 18-24 tahun (30,3 persen).

Data ini mengkonfirmasi bahwa hampir semua remaja Indonesia menggunakan internet. Maka akselerasi moderasi beragama melalui jalur medsos perlu ditingkatkan dan digencarkan. Jika ingin mengenalkan Moderasi Beragama kepada generasi Z yang sangat melek TI, pola sosialisasi tak bisa lagi hanya menggunakan cara-cara konservatif, berupa ceramah. Pola aktualisasi Moderasi Beragama bagi siswa harus dimudakan, rejuvenated, berbasis medsos agar mengena di hati siswa.

Dalam esensi, moderasi beragama memberikan pijakan bagi siswa untuk menjadi warga negara global yang beradab, bijaksana, dan penuh empati. Dengan memahami dan menghargai perbedaan agama, siswa menjadi agen perubahan positif dalam mempromosikan kerukunan, keadilan, dan perdamaian di dunia ini.

Fenomena ini menunjukkan semacam ada gugatan bahwa kita tidak akan pernah bisa benar bila memakai sistem yang sekarang ada. “Tidak akan pernah bisa benar” itu justeru semakin memperkuat keinginan segelintir orang untuk mengubah ideologi negara ini. Pertanyaannya, apakah pemerintah tidak bisa menjadi lebih baik?

Salah satu nilai dari 5 nilai budaya kerja Kementerian Agama adalah keteladanan. Mari kita menjadi teladan bagi orang lain. Keteladanan menuntut tanggungjawab kita semua untuk berkhidmat.

(Alifah Dhuha/ Dari Berbagai Sumber)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *