Berapa Lama Astronaut Bertahan Hidup di Luar Angkasa?

Astronaut yang berada di Luar Angkasa lebih dari 6 Bulan Akan mengalami Kerusakan Otak

Headline, Konten581 Views

Channel Indonesia – Aktifitas astronaut di luar angkasa dengan jangka waktu lebih dari 6 bulan berakibat buruk bagi kesehatan otak.

Menurut penelitian astronaut setidaknya memiliki jeda selama tiga tahun untuk kembali ke luar angkasa.

Studi ini dihasilkan usai para ilmuwan membandingkan pemindaian otak 30 astronaut yang diambil sebelum perjalanan luar angkasa yang berlangsung selama dua minggu, enam bulan, atau setahun. Hasil pemindaian tersebut dibandingkan dengan pemindaian yang diambil setelah mereka kembali ke Bumi.

Hasil pemindaian menunjukkan ventrikel, atau rongga di dalam otak yang berisi cairan serebrospinal, membesar secara signifikan di dalam otak para astronaut yang pergi ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dalam misi yang berlangsung setidaknya enam bulan.

Temuan ini berimplikasi pada misi jangka panjang di masa depan karena Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan mitra internasionalnya bertujuan untuk membangun peradaban manusia yang berkelanjutan di Bulan melalui program Artemis, dengan tujuan akhir mengirim manusia ke objek luar angkasa seperti Mars.

Cairan serebrospinal memberikan perlindungan dan nutrisi pada otak sekaligus membuang limbah. Namun, ketika astronaut pergi ke luar angkasa, cairan di dalam tubuh bergeser ke arah kepala dan mendorong otak ke tengkorak, sehingga menyebabkan perluasan ventrikel.

“Kami menemukan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan orang di ruang angkasa, semakin besar ventrikel mereka,” kata Rachael Seidler, seorang profesor fisiologi terapan dan kinesiologi di Universitas Florida yang juga penulis utama studi, dikutip dari CNN.

“Banyak astronaut melakukan perjalanan ke luar angkasa lebih dari satu kali, dan penelitian kami menunjukkan bahwa dibutuhkan waktu sekitar tiga tahun di antara penerbangan agar ventrikel pulih sepenuhnya,” tambahnya.

Delapan astronaut dalam penelitian ini menjalani misi selama dua minggu, sementara 18 lainnya menjalani misi selama enam bulan, sedangkan empat astronaut menjalani misi yang berlangsung sekitar satu tahun.

Pada studi ini para peneliti menemukan tingkat pembesaran ventrikel bervariasi tergantung pada berapa lama para astronaut berada di luar angkasa.

“Lompatan terbesar terjadi ketika Anda pergi dari dua minggu ke enam bulan di luar angkasa,” kata Seidler.

Tidak ada peningkatan lebih lanjut antara enam bulan dan satu tahun, yang berarti pembesaran ventrikel tampaknya meruncing setelah enam bulan.

“Ini adalah kabar baik bagi para penjelajah Mars di masa depan yang mungkin akan menghabiskan waktu (kurang lebih) dua tahun dalam gravitasi mikro,” kata Seidler.

Para peneliti menyebut dampak perjalanan luar angkasa sangat minim bagi para astronaut yang melakukan perjalanan dua minggu. Hal ini disebut sebagai sebuah temuan positif bagi industri ruang angkasa komersial seiring dengan semakin populernya penerbangan wisata ruang angkasa berdurasi pendek.

“Orang-orang yang menghabiskan waktu hanya beberapa minggu menunjukkan sedikit atau bahkan tidak ada perubahan pada struktur-struktur ini,” kata Seidler.

“Ini adalah kabar baik bagi mereka yang melakukan perjalanan wisata antariksa singkat,” lanjutnya.(Dari berbagai sumber/Annisa)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *