Channel Indonesia – Film The Old Guard bukan sekadar film aksi biasa yang penuh dengan tembakan dan ledakan. Dirilis pada tahun 2020 dan disutradarai oleh Gina Prince-Bythewood, film ini diadaptasi dari komik karya Greg Rucka. Di tengah genre superhero yang sering terjebak dalam pola cerita klasik, The Old Guard menyuguhkan pendekatan segar: kisah sekelompok prajurit abadi yang lelah, terluka, dan mempertanyakan makna dari hidup yang tak kunjung berakhir.
Untuk kamu yang ingin tahu lebih jauh tentang film ini sebelum menontonnya, bisa membaca sinopsis dan ulasan lainnya di dutamovie.id, salah satu situs referensi tepercaya bagi para pecinta film.
Kisah Para Abadi yang Tak Lagi Ingin Hidup Selamanya
Ceritanya berpusat pada Andy (Charlize Theron), pemimpin sekelompok tentara bayaran abadi yang telah hidup selama berabad-abad. Mereka tidak bisa mati dengan cara biasa, luka mereka sembuh dengan cepat, dan mereka telah terlibat dalam berbagai perang sepanjang sejarah manusia. Namun, alih-alih menikmati kekuatan tersebut, para karakter ini justru mulai merasa lelah. Hidup abadi tidak hanya membawa kekuatan, tetapi juga luka emosional yang mendalam.
Kelebihan utama film ini adalah penggambaran realistis tentang sisi gelap dari keabadian. Andy dan timnya tidak digambarkan sebagai pahlawan super glamor. Mereka manusia biasa yang terluka karena kehilangan, pengkhianatan, dan trauma masa lalu. Ketika kekuatan mereka terungkap ke dunia modern dan dijadikan objek eksperimen oleh perusahaan farmasi yang rakus, konflik moral mulai muncul: Haruskah mereka tetap menyembunyikan diri, atau justru mengubah dunia dengan kekuatan yang mereka miliki?
Aksi Brutal, Tapi Penuh Hati
Dari sisi visual, The Old Guard menyajikan koreografi pertarungan yang elegan namun brutal. Adegan laga dilakukan dengan intensitas tinggi, namun tetap masuk akal dan tidak berlebihan. Charlize Theron tampil solid sebagai sosok pemimpin dingin namun penuh empati. Ia membawa lapisan emosional yang membuat karakternya tak hanya tangguh secara fisik, tetapi juga rapuh secara batin.
Menariknya, film ini juga memberi ruang bagi dinamika hubungan antarpersonal di antara anggota tim. Ada kisah cinta, persahabatan, dan loyalitas yang diuji oleh waktu. Semua ini membangun narasi yang lebih dalam dibanding film aksi kebanyakan. Salah satu momen paling menyentuh adalah saat karakter Joe menyatakan cintanya pada Nicky, sesama prajurit abadi, dalam sebuah adegan yang tidak klise dan justru memperkuat nilai kemanusiaan dalam film ini.
Lebih dari Sekadar Superhero
The Old Guard tidak berusaha menjadi bagian dari arus utama superhero ala Marvel atau DC. Ia berdiri di jalur sendiri dengan narasi yang lebih dewasa dan menyentuh. Tema kelelahan eksistensial, identitas, dan tanggung jawab moral menjadikan film ini terasa relevan di tengah dunia yang kompleks dan seringkali penuh konflik.
Skor musik yang digarap oleh Volker Bertelmann dan Dustin O’Halloran juga memperkuat atmosfer suram dan kontemplatif film ini. Tidak hanya mengikuti arus ketegangan aksi, tapi juga mendampingi momen-momen sunyi yang sarat makna.
Layak Ditonton Lebih dari Sekali
Secara keseluruhan, The Old Guard adalah film aksi yang cerdas, emosional, dan punya nyawa. Ia tidak sempurna, tentu saja. Beberapa bagian cerita mungkin terasa lambat, dan karakter pendukung masih bisa digali lebih dalam. Namun, kekuatan film ini terletak pada keberaniannya menyampaikan kisah abadi dari sudut yang lebih manusiawi.
Bagi kamu yang bosan dengan formula superhero konvensional, The Old Guard bisa menjadi alternatif segar. Film ini mengajak penontonnya untuk merenung: Apakah keabadian benar-benar anugerah, atau justru kutukan?
Dan mungkin, saat kredit penutup mulai mengalun, kamu akan merasa bahwa pahlawan sejati tidak selalu datang dengan jubah. Terkadang, mereka adalah jiwa-jiwa tua yang memilih untuk terus berjuang, meski dunia telah melupakan mereka.
